Kali Ini, saya akan membahas tentang pengusaha bus yang patut dicontoh perjuangannya yaitu:
1. H. Haryanto ( Pemilik P.O Haryanto )
H. Haryanto
Nama Haryanto mungkin hanya dikenal publik sebagai sebuah perusahaan otobus (PO), yaitu PO Haryanto. Perusahaan ini cukup dikenal masyarakat karena pelayanannya cukup baik mengantarkan penumpang rute Jakarta-Kudus-Jepara-Pati.
Tapi, mungkin tak banyak yang tahu nama perusahaan itu diambil dari nama sang pemilik, Haryanto. Ia terbilang sukses menjalankan roda bisnis di sektor transportasi darat.
Haryanto hanyalah seorang anak buruh tani. Sejak kecil, ia dididik untuk dapat bekerja keras. Tetapi, Haryanto memiliki jiwa sedikit nakal. Tatkala duduk di bangku SMK jurusan mesin, ia memilih keluar lantaran tidak cocok.
Ia kemudian memberanikan diri mengadu nasib ke Tangerang. Di kota itu, Haryanto mencoba mendaftar sebagai anggota TNI dan lolos. Ia lantas bertugas di kesatuan angkatan udara Kostrad di Tangerang sebagai pengemudi untuk pengiriman sejumlah alat berat, meriam, beras, dan perminyakan.
Meski sebagai sopir, Haryanto mendapat didikan ketat mengenai cara mengemudi yang baik dan aman khas tentara. Sayangnya pendapatan yang diterimanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Hal itu menjadi penyemangat bagi Haryanto untuk membuka usaha yang tidak jauh dari ketrampilannya. Tahun 1982, berbekal tabungan Rp 1 juta, Haryanto membeli sebuah mobil dan mengoperasikannya sebagai angkutan kota (angkot). Dengan angkotnya itu, Haryanto melayani penumpang dengan trayek Pasar Anyar-Serpong.
Beliau juga bekerja sambilan di perwakilan bus PO Sumber Urip (pantesan dia jago di perusahaan bisnya) dari 1990-2000. Angkotnya terus bertambah hingga 100 unit. “Alhamdulillah sekarang saya memiliki jalur angkot hampir seluruh wilayah Tangerang”, ungkapnya penuh syukur. Saat ini ada 150 angkot yang ia miliki. Pada tahun 1990 beliau membuka satu gerai showroom mobil di Tangerang yang khusus untuk mejual angkot dari beragam karoseri. Gerai ini tah membutuhkan modal banyak, hanya modal lahan dan kepercayaan. “Modalnya hanya kepercayaan” ungkap H.Haryanto. Karena mengurusi putaran roda bisnisnya akhirnya H.Haryanto keluar dari kesatuannya ketika usianya 43 tahun dengan pangkat terakhir Kopral Kepala.
Sejak pensiun itulah H.Haryanto membuka Po.Haryanto. Waktu itu H.Haryanto mendapatkan kucuran dana dari Bank BRI sekitar Rp 3 miliar dan uang itu ia gunakan untuk membeli bus dari lelang yang harganya Rp 800 juta per unit. Bus itu hanya melayani rute Cikarang-Cimone dengan kelas ekonomi non ac.
Armada lawas P.O Haryanto
Namun setelah beberapa saat menjalani trayek tersebut, ternyata minat penumpangnya tidak sesuai harapan, akhirnya seluruh bus itu dialihkan dari Ekonomi menjadi bus Eksekutif AC dan memutuskan untuk menjalani rute jarak jauh, yaitu Jakarta – Kudus, Jakarta Pati, dan Jakarta – Jepara.. tidak jauh dari kampung halaman Pak Haji Haryanto. Hingga akhirnya bisa sukses seperti sekarang..
Pak Haji Haryanto lantas tidak melupakan bahwa seluruh pencapaiannya selama ini adalah pemberian dari Allah SWT. Pak Haryanto akhirnya bisa pergi menunaikan Ibadah Haji pada 1997, dan kini bersama dengan usahanya yang bergerak di otobus, Pak Haryanto hampir tiap musim Haji selalu memberangkatkan karyawan setianya yang taat dan tekun dalam beribadah.
P.O Haryanto ( HR116 new phollos)
PO Haryanto kini berkantor Pusat di Tangerang, Banten. Dan memiliki pool cabang di Ngembal, Kudus. PO. Haryanto kini dominan menggunakanchassis Mercedes OH Series (1521, 1525, 1526, 1830) dan Hino RK8 sebagai Armadanya dengan body buatan beberapa karoseri besar seperti Adiputro dengan Jetbus HD, Setra, Gunung Masdengan Zeppelinnya dan New Armada dengan EvoNext nya. Kelas yang dilayani HR ini kelas Eksekutif dengan legrest di tiap seatnya. Oya untuk yang akan mencoba pertama kali naik HR jangan kaget kala di Rumah Makan, PO Haryanto ini tidak memakan waktu lama.. berhenti hanya sekitar 15 menitan biasanya.. bisa lebih lama tergantung kondisi. Lebih cepat dibanding bus – bus muriaan lainnya, dan biasanya tiba di tujuan juga lebih pagi. Cocoklah untuk yang ingin cepat – cepat berkumpul bersama keluarga setelah mencari nafkah di perantauan.
Oya, selain rute – rute utara Pulau Jawa, P.O Haryanto juga punya rute ke wilayah selatan seperti misalnya Wonogiri, Madiun, Blora bahkan hingga Bangkalan Madura.
2. Setyaki Sasongko ( Pemilik P.O Sumber Kencono / Sekarang Sumber Selamat & Sugeng Rahayu )
Setyaki Sasongko
Sejak berdiri tahun 1981, Sumber Kencono sudah kenyang dengan berbagai keadaan. Hingga membawa Sumber Kencono semakin matang dalam menjalankan usahanya sehingga mampu berkembang pesat.
Berawal dari 6 unit bis, Sumber Kencono terus mengembangkan sayapnya. Melalui usaha keras Sang pemilik Setyaki Sasongko, Sumber Kencono kian mendapatkan kepercayaan di masyarakat. Sedikit demi sedikit perusahaan yang melayani perjalanan SURABAYA MADIUN SOLO JOGJA ini terus berkembang.
Armada Lawas Sumber
Kencono
Usaha keras itu juga didukung dengan kemampuan intelektual yang pada sang pemilik usaha. Selain sebagai lulusan teknik mesin yang juga pernah mengenyam pendidikan di Jerman, tentunya Bapak Setyaki sangat handal dalam menerapkan dan mengontrol kondisi mesin bus-busnya.
Pemberian pelayanan yang cukup baik, juga turut mengantarkan perusahaan bus ini terus berkembang. Hingga saat ini mampu memiliki 230 armada bus dengan crew bus yang mencapai lebih dari 1000 orang. Pemberian pelayanan terbaik ini dibuktikan dengan berbagai pengahargaan yang telah diraihnya.
Sumber Kencono Non AC
Di antaranya piagam penghargaan dari Menteri Perhubungan RI pada tahun 2005 lalu. Penghargaan yang ditanda tangani oleh MENHUB saat itu M Hatta Rajasa jelas menyatakan kalo PO Sumber Kencono merupakan salah satu perusahaan yang memberikan pelayanan terbaik selama penyelenggaran angkutan lebaran 2005 atau 1426 H.Penghargaan serupa serupa juga dialami pada tahun 2007 dan 2008
Sumber Kencono AC Tarip Biasa
Tahun ke Tahun sumber kencono terus melambung hingga pada akhirnya perjalanan pahit pun ditempuh sumber kencono,pada dekade 2009-2011 dimana armadanya sering sekali mengalami kecelakaan dan sebagian masyarakat enggan menggunakan karena busnya terlalu ugal-ugalan bahkan bus disebut sebagai pembawa bencana,sebagain lainnya tetap setia dan menganggap kecelakaan adalah takdir dari Yang kuasa,akhirnya kejadian pahit pun makin parah,dimana kecelakaan bus di mojokerto yang menewaskan 20 orang dan mendapat perhatian serius dari gubernur jatim hingga trayek SK terancam dicabut oleh dishub atas rekomendasi gubernur jatim,puncaknya kecelakaan bus di klitik ngawi yang menwaskan pemotor sehingga di bakar massa yang kesal,menyikapi hal ini bapak setyaki tidak patah semangat dan terus meningkatkan disiplin pegawainya + pengetatan kontrol dan GPS bersamaan dengan audit Dishub plus ditambah sanksi pengurangan armada bus selama1 minggu sebanyak 40 %,menhub EE Mangindaan tidak mencabut SK,Menhub beralasan terlau riskan dan PHK masal karyawan yang berjumah lebih dari 1300 orang,sanksi itu cukup meberikan efek jera dan perbaikan managemant,sebuah kebijakan yang bijak dari seorang menteri……
melihat perusahaanya terancam gulung tikar karena sanksi,kecelakaan demi kecelakaan dan berfikir mungkin karena keberatan nama (kaboten jeneng) sumber kencono,bapak setyaki merubah sebagian nama busnya menjadi “sumber selamat” yang artinya “sumber keselamatan”,tetapi segmen negatif masyarakat masih ada karena SS kembali mengalami beberapa kecelakaan tetapi tidak sesering SK dan SK juga mengalami banyak kecelakaan di tahun2 2011-2012 pada punckanya kecelakaan malam tahun baru di madiun (januari 2012),namun angin segar muncul dari polda jatim yang memberikan penghargaan bus santun 2011 dan membuktikan bahwa tidak semua driver SK ugal-ugalan,berusha memperbaiki citra positif bapak setyaki mengeluarkan (SP3) kru terutama driver yang melanggar ketentuan dan meperketat sanksi bagi kru yang melanggar mis:tilang,laka ,melnaggar batas kecepatan dll, serta menyiapkan nama baru pada 2012 yaitu “sugeng rahayu” yang berarti “Selamat Selamat atau Selalu Selamat” maksudnya SR diharapkan akan selalu selamat dalam perjalanan mengantar penumpang bersamaan dengan itu bapak setyaki mengumumkan Sumber Kencono perlahan2 DITIADAKAN (per juni 2012 sumber kencono sudah tidak ada) dan armada diganti dengan Sugeng Rahayu / sumber selamat (sebagain besar sugeng rahayu)
Armada Bus Sumber Selamat Baru
Armada Bus Sumber Selamat Lawas
Armada Bus Sugeng Rahayu
Hingga sekarang kecelakaan terus berkurang drastis bahkan di beberapa bulan 0 accident besar atau tidak ada kecelakaan,atas prestasi menekan laka Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu kembali mencapai puncak kesuksesan sumber kencono dan menjadi primadona masyarakat khusunya jawa timur dan mendapat apresiasi tinggi dari Dishub jatim,Kepala terminal,Organda Jatim bahakan jajaran kementerian perhubungan.
Penekanan angka laka ini SG juga berterima kasih kepada masyarakat khusus nya jawa timur yang sudah memberikan dukungan maupun kritik tajam dan saran dan dari Kementerian Perhubungan, universitas2 dan organda yang membantu perbaikan mutu manajemen (audit),khusunya pada kemenhub dan organda jatim yang memperkenalkan Sistem GPS Tracker untuk memantau speed bus pada 2007
Pada awal tahun 2015 Sumber Group telah membuka trayek PATAS CEPAT untuk Jalur JOGJA/SEMARANG - SOLO - SURABAYA Via Karangjati. Dengan jumlah armada 8 unit dengan nama SUGENG RAHAYU by GOLDEN STAR. Di bawah payung SUMBER GROUP dan di bawah manajemen Golden Star. 8 unit bus tersebut adalah 4 untuk melayani trayek Jogja-Solo-Surabaya, dan 4 unit untuk trayek Semarang-Solo-Surabaya.
Armada Sugeng Rahayu Cepat
P.O Sugeng Rahayu Cepat Juga Membuka Trayek :
- Surabaya Purwokerto PP
- Surabaya Cilacap PP
- Surabaya Bandung PP
- Jember Bandung PP
3. Fendi Haryanto ( Pemilik P.O Flores / sekarang Mira & Eka )
Sejarah PO.Eka-Mira berasal dari sebuah toko kain yang berada di Jl Mojopahit No. 188 Mojokerto yang dimiliki oleh Bp Fendi Haryanto, pada sekitar tahun 1971, tercetus ide dari sang pemilik toko (Bp Fendi Haryanto ) untuk membangun bisnis transportasi masal model bis antar kota. Sesuai dengan nama tokonya nama yang dipakai adalah PO Flores.
PO Flores ini melayani trayek Antar Kota Antar Propinsi Jurusan Surabaya – Solo PP, dan selain itu juga didirikan PO Surya Agung yang melayani trayek AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi) Jurusan Malang – Surabaya – Ponorogo/Magetan. PO ini seangkatan dengan beberapa PO lama seperti Maju Mapan, Sumber Kencono, Surya Jaya, Rukun Makmur, Adi Jaya, Tunggal Jaya, Hasti, Jaya Raya, Agung Express, Piala, dll, meski sebagian besar diantaranya sudah tidak beroperasi lagi karena sudah gulung tikar.
Secara signifikan PO Flores mengalami perkembangan karena image-nya sebagai bis banter. Perilaku konsumen Jatim dan sebagian Jateng yang cenderung menyukai bis-bis banter semakin membuat nama PO Flores melambung meski sebagian masyarakat menilai bis ini sebagai bis yang cenderung ugal-ugalan. Meskipun sebenarnya tidak semua armada PO Flores ugal-ugalan karena beberapa armadanya masih menggunakan mesin keluaran lama yang kemampuannya tidak sebagus mesin-mesin baru.
P.O Flores
PO ini sempat mengoperasikan bis bumel yg mewah, dilengkapi dengan AC ( Air Conditioner ) dengan nama Surya Agung, yang seperti dijelaskan di atas bis ini melayani rute Malang – Surabaya – Madiun – Ponorogo/Magetan PP. Kala itu Surya Agung menjadi simbol bis-bis mewah, karena selalu mengguankan body dari karoseri terbaik, demikian dengan pula dengan fasilitas AC-nya yang jarang dipunyai oleh PO lain.
Di saat puncak kejayaan Flores inilah terjadi tragedi besar yang menjadi klimaks dari PO Flores, kecelakaan hebat terjadi di daerah Karang Anyar Sekitar tahun 1981. Bis yang dikemudikan Bp Marwan berisi rombongan pelajar SMP Wijana Jombang yang melakukan study tour (karya wisata) ditabrak Kereta Api yang melintas yang merenggut banyak korban pun tak bisa dihindarkan. Imbasnya, oleh DLLAJR Pusat (sekarang Dishub) PO Flores dilarang melayani trayek AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) sehingga PO ini hanya beroperasi sampai dengan Mantingan (perbatasan Jatim – Jateng ). Sedangkan perjalanan PO Surya Agung tidak mengalami kendala sedikitpun dalam pengoperasiannya.
Akibat sanksi yang dibebankan oleh DLLAJR, PO Flores semakin mengalami kesulitan dalam pengoperasian armada-armadanya yang hanya melayani melayani rute Surabaya – Mantingan PP. Banyak konsumen yang lebih cenderung memilih PO lain untuk menghindari resiko dioper untuk penumpang yang bertujuan ke daerah-daerah diluar jangkauan PO Flores. Jika hal ini dibiarkan terjadi, bukan tidak mungkin PO Flores lama-kelamaan akan kolaps.
Untuk mengatasi masalah tersebut manajemen menyiapkan EKA dan MIRA untuk menggantikan Flores melayani rute Surabaya – Solo PP. Nama EKA dan MIRA diambil dari nama-nama anak dari Bp Fendi Haryanto. Keduanya dipisahkan baik secara manajemen dan juga jam keberangkatannya. PO EKA biasanya diberangkatkan dari Surabaya pada pagi sampai petang hari, sedangkan armada PO MIRA diberangkatkan sebaliknya (petang sampai pagi hari) dari Surabaya. PO Flores akhirnya difokuskan melayani Rute Surabaya – Ponorogo PP. Sedangkan PO Surya Agung tetap melayani rute Malang – Surabaya – Madiun – Ponorogo/Magetan PP.
P.O Surya Agung
Seperti halnya Flores, EKA-MIRA mengalami perkembangan yang menggembirakan karena respons positif dari konsumen. Bahkan seiring berjalannya waktu EKA-MIRA tumbuh menjadi PO yang besar dan keberadaannya patut diperhitungkan di jalur ini. Untuk memantapkan eksistensinya, tahun 1990 PO EKA membuat terobosan dengan meluncurkan 1 buah armada ber-livery biru yang melayani rute Surabaya – Madiun – Solo – Jogja PP menggunakan mesin Nissan Diesel CB dengan karoseri Malindo yang pada waktu itu sedang jadi tren (seperti adiputro sekarang). Namun itu tidak bertahan lama karena dalam waktu beberapa bulan bis yang dikemudikan Bp. Darno ini mengalami kecelakaan hebat yaitu menabrak truk bermuatan elpiji. Kejadian itu menewaskan sang pengemudi dari menghanguskan bis tersebut. Hal itu tidak menyurutkan langkah PO EKA-MIRA untuk tetap melanjutkan ekspansinya ke rute Surabaya – Madiun – Solo – Jogja PP. Sekitar 2 tahun kemudian semua armada PO EKA-MIRA telah melayani rute tersebut, dan mengganti warna dasar armada-armadanya yang tadinya putih menjadi abu-abu berikut dengan livery-nya.
Mira Lawas
Eka Lawas
Karena dirasa tidak lagi memberikan kontribusi maksimal dan untuk meremajakan armadanya, seluruh armada PO Flores dan PO Surya Agung sebanyak 52 unit yang seluruhnya bermesin Mitsubishi BM dijual ke PO AKAS II beserta trayek, kru dan teknisinya. Inilah akhir bakti kepada manajemen dan sekaligus akhir riwayat dari kedua PO ini. Sekitar tahun 1992 manajemen kembali membuat terobosan dengan meluncurkan PO ITA (berasal dari nama anak Ibu MIRA) yang melayani rute AKDP Surabaya – Madiun – Ponorogo PP.
Setelah lama setia menggunakan mesin Nissan Diesel CB pada tahun 1993 membeli 27 unit chasis Hino AK 176, terdiri dari 25 unit berchasis panjang dan 2 unit masih menggunakan chasis pendek. Chasis-chasis tersebut disiapkan untuk armada-armada ber-AC. EKA dan MIRA maing-masing mendapatkan bagian 10 unit armada ATB (AC Tarip Biasa), sedangkan ITA mendapatkan bagian 2 unit. Sisanya 5 unit chasis disiapkan untuk menjadi armada PATAS (sebelum menjadi CEPAT). Dari armada-armada inilah cikal bakal EKA CEPAT berasal sebagai upaya penjajakan merambah ke segmen kelas non Ekonomi.
Armada EKA CEPAT berkembang menjadi pilihan di jalurnya seiring dengan mulai digantikannya armada-armada Hino AK 176 dengan armada-armada bermesin belakang seperti Nissan Diesel RB dan Hino RK2HR. Perlahan-lahan EKA CEPAT mulai mampu menyisihkan pesaing-pesaingnya, dan menjadi pilihan utama sekaligus pemain tunggal di jalurnya.
Demikian juga dengan armada bumelnya (EKA-MIRA) pun mulai meremajakan armada-armada lama dengan armada keluaran terbaru seperti Nissan Diesel CB dan Hino AK3HR. Terbukti dengan peremajaan yang teratur dan pelayanan terhadadap konsumen yang prima membuat PO ini tetap bertahan di tengah persaingan yang semakin keras. Banyak PO lain yang mulai berjatuhan akibat kerasnya persaingan jalur Surabaya – Madiun – Solo – Jogja seperti Tunggal Jaya, Jaya Raya, Maju Mapan, Trigaya, Jaya Utama, Mapan dll.
Namun tren positif tak berlaku pada ITA, karena pamornya yang kalah mengkilap dengan para kompetitornya. ITA akhirnya angkat koper peta persaingan jalur Surabaya-Ponorogo pada akhir dekade 90-an. Armada-armadanya yang sebagian besar bermesin Nissan Diesel CB banyak dibeli oleh PO Pangeran dan PO Restu.
Sekitar tahun 2007 armada bumel EKA dihapus untuk memfokuskan diri pada armada CEPAT, sedangkan armada eks bumel EKA digabungkan ke MIRA. Hal ini semakin mempermudah konsumen PO ini untuk membedakan antara armada Eksekutif/CEPAT (EKA) dan armada Bumel (MIRA) dalam memilih karena orientasi segmen pasar yang sudah dibedakan.
Bus Mira dan Bus Eka yang sudah dibedakan kelasnya
Namun setelah MIRA hanya berorientasi ke kelas ekonomi, justru membuat PO ini mengalami mengalami sedikit kemunduran. Jumlah armada MIRA semakin berkurang. Namun sekitar tahun 2009 MIRA mulai bangkit dari keterpurukan dengan menjual seluruh armada lama non ATB dan mendatangkan sekitar 100 armada baru ber AC (ATB). Persaingan jalur Surabaya – Madiun – Solo – Jogja kelas ekonomi pun kembali ramai. Banyak PO lain yang ikut mendatangkan armada ATB agar bisa bertahan, termasuk di rute/jalur lain. Konsumen pun semakin diuntungkan dengan hal ini karena semakin dimanjakan dengan banyaknya armada baru yang melayani.
Hingga Tahun 2011 Mira Eka bersaing ketat dengan Sumber Kencono dan sempat tersisih namun persaingan sengit kembali tejadi di tahun 2012 s/d sekarang akibat Sumber Kencono sering mengalami kecelakaan hebat, dan merubah mindset masyarakat.
2012-2013 Armada Sumber Group berkurang drastis, sementara armada Mira Eka semakin bertambah banyak menjadikan Mira Eka sebagai bis paling laris manis kembali. Namun kutukan sebagai bis dengan armada terbanyak dan berkecepatan tinggi adalah kesan ugal-ugalan para sopir. Dan Mira Eka pun mulai terlihat sering mengalami kecelakaan yg lumayan sering. Harapan kita agar manajemen melakukan perbaikan dan kontrol baik pada kendaraan maupun terutama pada kru awak bus seperti yg sudah dilakukan Sumber Grup sehingga menekan angka kecelakaan.
Perjalanan panjang Flores yang akhirnya menjadi ke EKA- MIRA menarik untuk disimak dan bisa dijadikan inspirasi untuk kita semua. Sebuah upaya untuk bertahan ditengah kerasnya persaingan dan perkembangan jaman yang menuntut kemampuan membaca situasi, berpikir dan bertindak yang prima. Dan hasilnya tidak sia-sia karena EKA- MIRA merupakan salah satu ikon bis di Jatim, dan akan tetap dan berusaha selalu menjadi kebanggaan Masyarakat Jatim.